Jumat, 03 Februari 2012

BAB 2 PENDUDUK, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN



1. Pertumbuhan Penduduk ( yang tercakup didalamnya )
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk khususnya. Karena di samping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara bahkan dunia.
Misal : dengan bertambahnya penduduk berarti pula harus bertambah pula persediaan bahan makanan, perumahan, kesempatan kerja, jumlah gedung sekolah dan sebagainya. Disamping itu apabila pertambahan penduduk tidak bisa diimbangi dengan pertambahan fasilitas di atas akan menimbulkan masalah – masalah. Misalnya akan bertambah tinggi angka pengangguran, semakin meningkatnya tingkat kemiskinan, banyak anak usia sekolah yang tidak tertampung serta timbulnya berbagai kejahatan atau kriminalitas lain.
Penambahan / pertambahan penduduk di suatu daerah atau negara pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor – faktor demografi sebagai berikut :
1. Kematian ( Mortalitas )
-   Tingkat Kematian Kasar ( Crude Death Rate ) adalah banyaknya orang yang meninggal pada suatu tahun per jumlah penduduk pertengahan tahun tersebut.
-  Tingkat Kematian Khusus ( Age Spesific Death Rate ) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan.
2. Kelahiran ( Fertilitas )
-  Tingkat Kelahiran Kasar ( Crude Birth Rate ) adalah jumlah kelahiran hidup pada suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun tersebut.
-  Tingkat Kelahiran Khusus ( Age Spesific Fertility Rate ) menunjukkan banyaknya kelahiran menurut umur wanita yang berada dalam kelompok umur 15 – 49 tahun.



3. Migrasi
Aspek dinamis kehidupan kelompok dalam ruang ialah gerakan penduduk yang dinamai migrasi. Selain migrasi ada istilah lain tentang dinamika penduduk yaitu mobilitas. Pengertian mobilitas lebih luas daripada migrasi, sebab mobilitas mencakup perpindahan teritorial secara permanen dan sementara. Sedangkan migrasi bila dikaitkan dengan unsur waktu di tempat yang baru misalnya minimal 6 bulan atau satu tahun. Sedangkan bagi mereka yang pernah pindah tempat tinggal kurang dari batas waktu tersebut disebut melakukan mobilitas sirkuler.
Langkah – langkah seseorang migran dalam menentukan keputusannya untuk pindah ke daerah lain atau kawasan ( areal ) lain terlebih dahulu ingin mengetahui lebih dahulu faktor – faktor sebagai berikut :
- persediaan sumber alam
- lingkungan sosial budaya
- potensi ekonomi
- alat masa depan
Dengan mengetahui faktor – faktor di atas setidak – tidaknya terhindar dari rintangan akibat negatif. Di samping itu mereka juga memikirkan berbagai rintangan yang mungkin dihadapi selama proses migrasi.

- Akibat Migrasi
a. Urbanisasi ( migrasi dari desa ke kota ) walaupun urutannya sangat kecil, namun dapat mempengaruhi pola distribusi penduduk penduduk secara keseluruhan.
b. Migrasi interegional di Indonesia kebanyakan dilaksanakan oleh mereka yang berumur produktif dan berkreasi tinggi. Hal tersebut memungkinkan tingginya angka pertumbuhan penduduk serta tingkat laju pembangunan di luar jawa.
c. Migrasi antar negara di Indonesia adalah sangat kecil dari hasil sensus penduduk pada tahun 1971 sampai dengan 1980 migrasi masuk ( immigrasi ) hanya ada 0,16 % dan migrasi ke luar ( emigrasi ) hanya sebesar 0,57 % per tahun. Sehingga akibatnya kurang nyata terhadap distribusi penduduk Indonesia.

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin mempunyai peranan yang sangat penting hanya dapat untuk mengetahui :
- Pertumbuhan penduduk di suatu daerah termasuk cepat atau lambat.
- Rasio ketergantungan.
- Jumlah wanita dalam usia subur.
- Jumlah tenaga kerja yang tersedia.
- Berdasarkan tempat tinggal.
- Bentuk piramida.

Untuk mengetahui pertumbuhan suatu daerah cepat atau lambat dapat juga dilihat dari bentuk piramida penduduk. Karena dengan melihat bentuk piramida penduduk akan diketahui mengenai perbandingan jumlah penduduk anak – anak, dewasa, dan orang tua pada wilayah yang bersangkutan.
Keadaan struktur atau komposisi penduduk yang berbeda – beda akan menunjukan bentuk piramida yang berbeda – beda pula.
Ada tiga Jenis struktur penduduk :
1. Piramida penduduk muda, ini menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang. Jumlah angka kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian.
2. Piramida Stationer, ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap ( statis ) sebab tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi.
3. Piramida penduduk tua, ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang sangat pesat dan tingkat kematian kecil sekali. Apabila angka kelahiran jenis kelamin pria besar, maka suatu negara bisa kekurangan penduduk.

Rasio Ketergantungan ( Dependency of ratio ) ialah angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk golongan umur yang belum produktif dan sudah tidak produktif kerja lagi dengan jumlah penduduk golongan umur produktif kerja. Biasanya dinyatakan dalam persen ( % ).

2. Kebudayaan dan Kepribadian
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia.
- Zaman Batu sampai Zaman Logam
Upaya menelusuri sejarah peradaban bangsa Indonesi, mulai dari zaman batu sampai logam, sungguh akan berliku – liku, memerlukan waktu pembahasan yang panjang. Berdasarkan pendapat – pendapat para ahli prehistoris, ternyata bahwa zaman batu itupun terbagi dalam : Zaman Batu Tua ( Palaeolithikum ) dan Zaman Batu Muda ( Neolithikum ).
Alat – alat batu pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan peralatan masih kasar – kasar, misalnya kapak genggam.
Bersamaan dengan persebaran budaya kapak – kapak batu itu, tersebar pula bahasa Proto Austronesia sebagai induk atau cikal bakal bahasa dari bahasa – bahasa yang mendiami pulau – pulau diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik. Dengan begitu bahasa Proto Autronesia sebagai induk bahasa – bahasa d wilayah negara – negara anggota Asean, khususnya Republik Indonesia, dikemudian hari muncul sebagai bahasa Melayu.
Zaman batu muda ( Neolithikum ) benar – benar membawa revolusi dalam kehidupan manusia.  Pada zaman ini, mereka mulai hidup menetap, membuat rumah, membuat kelompok masyarakat desa, bertani dan beternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sejalan dengan itu revolusi alat – alat keperluan penunjang kehidupan pun terjadi.
Suatu hal yang patut dicatat tentang permulaan zaman logam ini, ialah kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah mengenal kebudayaan yang tinggi derajatnya, dan zaman tersebut pada dasarnya penting sekali untuk perkembangan sejarah Indonesia selanjutnya.

2.2 Kebudayaan Hindu, Budha dan Islam
1. Kebudayaan Hindu dan Budha.
 Pada abad ke-3 dan ke-4 agama Hindu masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Perpaduan atau akulturasi anatara kebudayaan setempat dengan kebudayaan.
Hindu yang berasal dari India itu berlangsung luwes dan mantap. Sekitar abad ke-5, ajaran Budha atau Budhisme masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Agama / ajaran Budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju daripada Hinduisme, sebab Budhisme tidak menghendaki adanya kasta – kasta dalam masyarakat.

2. Kebudayaan Islam.
Pada abad ke-15 dan ke-16 agama Islam telah dikembangkan di Indonesia. Oleh para pemuka – pemuka Islam yang disebut Wali Sanga. Titil sentral penyebaran agama islan pada abad itu berada di Pulau Jawa. Sebenarnya agama Islam masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa sebelum abad ke-11 sudah ada wanita islam yang meninggal dan dimakamkan di kota Gresik.  Masuknya agama islam ke Indonesia teristimewa ke Pulau Jawa berlangsung dalam seasana damai. Hal ini disebabkan karena agama islam dimasukkan ke Indonesia tidaj dengan secara paksa, melainkan dengan cara baik – baik. Disamping itu disebabkan siap toleransi yang dimiliki bangsa kita.
Di daerah – daerah yang belum amat terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama islam mempunyai pengaruh yang mendalam dalam ehidupan penduduk di daerah yang bersangkutan.
Agama islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa kebudayaan islam memberi saham terbesar bagi perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.

3. Kebudayaan Barat
Unsur kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan barat. Awalnya kebudayaan barat masuk ke negara Republik Indonesia ketika kaum kolonialis / penjajah masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda. Mulai dari penguasaan dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda ( VOC ) dan berlanjut dengan pemerintahan kolonialis Belanda, di kota – kota propinsi, kabupaten muncul bangunan – bangunan dengan gaya arsitektur Barat. Dalam kurun waktu itu juga, di kota – kota pusat pemerintahan, terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku berkembang dua lapisan sosial antara lain :
1. Lapisan sosial yang terdiri dari kaum buruh.
2. Lapisan sosial kaum pegawai.
Dalam lapisan sosial kedua inilah pendidikan Barat di sekolah – sekolah dan kemampuan / kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan kelas sosial.
Akhirnya masih harus disebut sebagai pengaruh kebudayaan Eropa yang masuk juga ke dalam kebudayaan Indonesi, ialah agama Katolik dan Agama Kristen Protestan. Agama – agama tersebut biasanya disiarkan dengan sengaja oleh organisasi – organisasi penyiaran agama ( missie untuk agama Katolik dan zending untuk agama Kristen ) yang semuanya bersifat swasta. Penyiaran dilakukan terutama didaerah – daerah dengan penduduk yang belum pernah mengalami pengaruh agama Hindu, Budha, atau Islam.
Sudah menjadi watak dan kepribadian Timur pada umumnya, serta masyarakat Jawa khususnya, bahwa dalam menerima setiap kebudayaan yang datang dari luar, kebudayaan yang dimilikinya tidaklah diabaikan. Tetapi disesuaikan kebudayaan yang baru itu dengan kebudayaan lama.
Sehubungan dengan itu, penjelasan Undang – Undang Dasar 1945 memberikan rumusan tentang kebudayaan memberikan rumusan tentang kebudayaan memberikan rumusan tentang kebudayaan bangsa Indonesia adalah : kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak – puncak kebudayaan di daerah – daerah di seluruh Indonesia. Lebih lanjut, dalam penjelasan UUD 1945 itu juga ditunjukkan ke arah mana kebudayaan itu diarahkan, yaitu menuju ke arah kemajuan adab budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan – bahan baru kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.


Komentar : Terima kasih atas materi Ilmu Sosial Dasar yang terdapat di situs www.elearning.gunadarma.ac.id, saya sangat terbantu dalam pembuatan tugas Ilmu Sosial Dasar. Untuk materi nya, saya hanya menulis kembali dengan sedikit mengurangi materi yang ada di Situs tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar